click

Date: 10/16/2008

Perjalanan Hakiki - 1

Dengan Kasih dan Sayang Allah, Zat Yang Menguasai diri meliputi segala isi bumi dan langit dan barang diantara keduanya.

Shalawat beserta salaam kehadirat Penghulu bangsa jin dan manusia dari awal hingga akhir, Rasulullah SAW, Sayidina wa maulana Muhammad, wa 'ala ahlihi wa ashabihi ajma'iin.

Allahumma shali ala Muhammad, wa ala ahlihi wasaliimu taslima.

Demikian juga bagi Seikh jisim yang suci lagi 'ain, yang merupakan sandaran Anugerah Allah bagiku tassawur dengan tajjali-Nya Yang Qadim dalam membimbing dan memperingati diriku yang zalim dan kotor ini.

Aku mulai catatan yang aku khususkan bagi diriku yang sedang menuntut meliputi ruh dan jasadku yang dha'if, hina, papa lagi jahil.

Peringatan: Tulisan ini bukan untuk non muslim, dan bukan untuk orang yang merasa pandai, jika engkau salah satunya, harap engkau segera meninggalkan tulisan ini, supaya tidak merasa dihinakan atau dilecehkan.

Fungsi Agama
Fungsi agama bagi kebanyakan manusia akhir zaman tidak lebih dari pelengkap status bagi kehidupannya dihadapan manusia yang lainnya, hal ini disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap makna agama yang sebenarnya.

Celakanya mereka menganggap diri mereka memahami makna agama dan merasa telah menjalankan agamanya dengan baik, apabila disampaikan kepada mereka tentang kenyataan keadaan mereka yang sebenarnya belum beriman, sedikit sekali yang menerimanya, kebanyakan menjadi marah dan tersinggung bahkan merasa dihina atau dilecehkan oleh yang memberi peringatan itu.

Maka kejadian demi kejadian seperti yang diceritakan dalam Kitabullah senantiasa berulang dari zaman ke zaman, mereka menganggap kejadian itu usang dan sama sekali tidak sudi mengambil hikmah dari apa-apa yang dikhabarkan dalam Kitabullah tentang keadaan mereka, mereka tidak sadar dan tidak sudi mengakui diri mereka sesungguhnya termasuk dalam golongan yang ingkar seperti yang diceritakan dalam Kitabullah itu, bahkan mereka merasa diri mereka termasuk golongan orang yang beriman, padahal mereka mengekalkan maksiat zahir dan maksiat bathin yang merupakan dosa yang teramat besar.

Mereka sebahagian ada yang hafidz Kitabullah dan hafidz hanya setengah Sunnah Rasul mengikuti sanad yang sahih, yakni yang dihasilkan dari mempelajari sendiri namun kebanyakan mereka tiada memahami makna apa-apa yang terkandung dalam setiap ayat yang dihapalnya itu, mereka hanya memfahamkan sekedar zahir ayat yang disesuaikan akal-akalan dengan nafsu duniawi mereka sehingga Ayat-ayat suci itu hanya menjadi selimut dan perisai bagi kepuasan nafsu mereka.

Apabila ada yang memperingati mereka akan kesalahan mereka maka mereka mengeluarkan dalil dari Kitabullah dan Sunnah Rasul yang mereka anggap sesuai dengan kelakuan mereka, padahal dalil-dalil itu jauh dari seperti yang mereka duga, dan pemahaman mereka itu semata-mata hanya akal-akalan dan tipudaya nafsu yang sesuai dengan kepuasan nafsu mereka saja, dan yang demikian itu adalah prasangkaan mereka saja, keyakinan yang sesat dan menyesatkan, sedangkan mereka tiada menyadari kesalahan mereka itu, tetapi mereka tetap keras menolak dan tiada sudi diingatkan.

Mereka merasa disalahkan, merasa dihina, merasa disaingi, bahkan menuduh pemberi peringatan itulah yang sesat dan menyesatkan, sungguh kesombongan mereka telah membutakan dan memekakan penglihat dan pendengaran mereka, inilah yang dijelaskan dalam Kitabullah tentang kejadian berulang-ulang hingga akhir zaman.

Ketahuilah, mustahil ada perselisihan dan perpecahan akibat perseteruan dalam masalah Yang Haq, adapun permusuhan dan perselisihan itu semata-mata disebabkan permasalahan dunia saja, berikut dua hal pada Nafsu Duniawi yang menjadi sebab segala perselisihan dan segala permusuhan:
1. Kehormatan / Kemuliaan Dunia (Urusan Syahwat)
2. Harta (Urusan Perut)

Demikianlah, apabila diperingati tentang jalan akhirat, maka mereka menolaknya dan balik menyerang pemberi peringatan itu dengan Ayat-ayat yang difahamkannya menuruti Nafsu Duniawi semata.

Pemberi peringatan adalah pewaris akhlak mulia dan pewaris ilmu para Nabi dan Rasul Allah, yakni Ahlizikr yang Mukhlishin, Firman Allah:
''Tanyakanlah kepada Ahlizikr, jika engkau tiada mengetahui,''

''Iblis berkata: ''Yaa Tuhanku, lantaran Engkau telah menyesatkan aku, maka aku akan menggoda mereka didunia ini dan akan aku sesatkan mereka sekalian, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlishin,'' Allah berfirman: ''Inilah jalan-Ku, suatu jalan yang lurus (satu-satunya) bagimu''


Pemberi peringatan meninggalkan segala perselisihan dan segala permusuhan dengan tiada amarah ataupun sakit hati didalam dirinya atas penolakan mereka, walaupun ia tiada pernah bosan untuk memperingati saudara-saudaranya yang muslim yang telah tersesat itu secara keras dan tegas tanpa takut akan dikucilkan atau dijauhi oleh kebanyakan orang-orang ingkar dan munafik.

Akan tetapi ia wajib meninggalkan mereka yang hatinya membatu dan tiada sudi diperingati, dikarenakan perintah Allah semata, yakni meninggalkan perselisihan dan permusuhan, sedangkan urusan keimanan mereka yang ingkar, ia serahkan kembali kepada Zat Yang Menjadikan segala sesuatu dengan senantiasa mendoakan mereka untuk kembali kepada-Nya.

Tetapi kepada mereka yang menghalangi, memperdaya dan memerangi agama Allah karena kebencian mereka terhadap agama Allah, maka ia wajib memerangi mereka itu sesuai dengan kadar keadaan dan kemampuannya.

Adapun pengertian agama secara lughah adalah jalan atau cara dalam mendapatkan tujuan yang hakiki pada diri yang hidup hatinya.

Ketahuilah, yang menjadi perbedaan dalam pandangan manusia mengenai agama Islam bukanlah pada ajarannya, namun semata-mata berbeda pandangan dalam tujuan yang hakiki pada diri, inilah sebab betapa banyak perbedaan dalam kehidupan beragama (bergolongan-golongan), contoh dalam satu keluarga, antara beberapa saudara kandung, bahkan kembar sekalipun akan terdapat perbedaan tujuan.
Maka Tujuan Yang Hakiki pada diri inilah yang musti diluruskan dan disucikan sehingga selaras dengan ajaran dalam agamannya.

Firman Alah: Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan barang diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang Hakiki (Haq/benar) dengan waktu yang telah ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara mereka benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya (QS: Ar-Ruum-8).

Ayat-ayat yang selaras dengan ayat diatas bertingkat sesuai aqal manusia:
QS: Az-Zumar-5, QS: Al-Jaatsiah-22, QS: Al-Ahqaaf-3, QS: Attaghaabun-3.

Allah menjadikan segala sesuatu tidak dengan tujuan yang sia-sia melainkan dengan tujuan yang Hakiki bagi diri yang hidup hatinya (manusia yang Dia pilih).

Maka untuk menyelaraskan tujuan diri yang nyata-nyata ingkar kepada Tuhan inilah manusia wajib mengenal dirinya sehingga mengenal tujuan dirinya yang hakiki sehingga terlepas ia dari kemunkaran dan kejahatan yang menyelimuti diri.

Dan untuk mengenal diri itu maka manusia wajib mempelajari Agama, dan mengamalkan ajaran agamanya, Ketahuilah, setelah penulis mempelajari dan mendalami seluruh agama yang ada dimuka bumi ini, mulai dari mendalami prinsip-prinsip ketunggalan Trinitas dari ahlinya yang seolah benar padahal menyesatkan, hingga mendalami prinsip-prinsip dasar veda (dalam khasanah dharma) dari ahlinya yang tertipu oleh kehambaan yang semu dan zindiq sehingga menafikan dirinya dijadikan Zat Pencipta tanpa mereka menyadarinya.

Maka tiadalah agama yang sempurna dan Hakiki (benar) melainkan Agama Tauhid (ISLAM). Dan ini tegaskan oleh Allah dalam firman-Nya:
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan (khabar) untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nimat-Ku, dan telah Ku-redlai Islam itu jadi agama bagimu. (QS: Al-Maaidah-3).

Setelah hari dimana khabar ini diturunkan oleh Zat Pencipta segala sesuatu kepada manusia, maka tidak ada lagi agama yang sah dihadapan-Nya melainkan ISLAM.

Berikut adalah ayat-ayat yang menegaskan ayat diatas: QS: Al-Baqarah-132, QS: AliImran-19, QS: AliImran-83, QS: AliImran-85, QS: Al-Anbiya-92, QS: Al-Muminuun-52,.

Didalam Agama ISLAM ada beberapa hal yang wajib dikerjakan sebelum dapat menjadi MUSLIM:
1. Mencari Ahli Ilmu (ahlizikr yg mukhlishin) dan berlajar kepadanya, sebab orang inilah yang disebut pemberi peringatan atau ahli Kitabullah yang juga Ahlussunnah Rasulullah SAW.
2. Mengamalkan ilmu yang dipelajari sekedar yang difahami aqalnya.
3. Tidak mencampurkan antara tujuan yang Hakiki dengan tujuan Nafsu Syahwatnya.

Sebelum melaksanakan ini maka belumlah sah dikatakan muslim, walaupun ia mengaku islam dan bahkan walau hafal Al-Quraan dan Hafal Al-Hadits sekalipun, sebab pemahaman mereka tiada menembusi tenggorokan, yakni mereka sekedar hafidz saja namun tiada memahami makna yang Hakiki dan tidak sudi menuntut ilmu untuk memahaminya, bahkan menuduh pemberi peringatan itu mengada-ada dikarenakan kesombongan mereka yang merasa menjadi sesempurna-sempurnanya makhluq dimuka bumi.

Maka setakat inilah manusia diseru oleh Allah melalui pemberi peringatan untuk meng-Esakan Tuhannya dengan jalan mengikuti ajaran pemberi peringatan pewaris ilmu Rasulullah SAW nabi dan Rasul penghabisan dan melarang manusia mengikuti Hawa Nafsu syahwat syaithon.

Firman Allah:
"Hai sekalian Manusia, Sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan yang telah menciptakan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa (QS: Al-Baqarah-21)

Ayat-ayat yang selaras dengan ayat diatas bertingkat sesuai aqal manusia: QS: Al-Baqarah-168, QS: An-Nisaa-1, QS: An-Nisaa-174, QS: Al-ARaaf-31, QS: Al-ARaaf-35, QS: Al-ARaaf-158, QS: Yunus-23, QS: Yunus-57, QS: Yunus-104, QS: Yunus-108, QS: Al-Hajj-1, QS: Al-Hajj-5, QS: Al-Hajj-49, QS: Al-Hajj-73.

Apabila telah sampai ia pada menuntut Ilmu Agama Islam dengan belajar mengikuti ahli waris Nabi dan Rasul (warisatul-anbiya), maka wajib ia mengerjakan amalan syariat yang disyaratkan dalam memeluk Agama Islam sekedar yang difahaminya (Taklid dahulu) dan terus mempelajari sungguh-sungguh ajaran Agama Islam hingga akhir hayatnya.

Bermula manusia mengingkari tujuan hakiki yang diamanahkan bagi dirinya, dan mengingkari adanya kewajiban bagi dirinya terhadap segala sesuatu yang diciptakan meliputi dirinya, langit dan bumi dan barang diantara keduanya.

Ketahui olehmu bahwa tiadalah beriman engkau kepada Tuhanmu sebesar zarrah sekalipun apabila tiada mengetahui tujuanmu yang hakiki, Jawablah didalam hatimu dan engkau akan menyaksikan keadaan dirimu yang sebenarnya.
1. Siapa engkau?
2. Dari mana asalmu?
3. Dimana engkau sekarang?
4. Untuk apa engkau disini?
5. Hendak kemana engkau setelah mati?
6. Kejadian apa yang engkau inginkan sekarang?
7. Kejadian apa harapanmu setelah engkau mati?
8. Kejadian apa yang engkau takuti setelah mati?
9. Adakah kehidupan bagimu setelah engkau mati?

Renungkanlah dan jawablah didalam hatimu!
Cukuplah engkau dan Tuhanmu yang mengetahui jawabanmu, sebab Dia-lah Yang Menentukan segala kejadian itu bagimu.

Lihatlah dirimu! Jika engkau tidak percaya ada kehidupan bagimu setelah engkau mati, tanda bagimu nyata-nyata engkau tidak percaya akan adanya Tuhanmu Yang Menentukan Setiap Kejadian Bagimu sekehendak-Nya, maka tak ada harapan bagimu untuk mengetahui Tujuan Hakiki Bagi Diri, walau engkau mengaku beragama dan menghafal seribu kitab suci sekalipun, sesungguhnya hal itu sia-sia bagimu, sebab engkau hidup semata-mata demi memuaskan tujuan Nafsu dan Syahwatmu yang jauh dari Tujuan Hakiki Bagi Diri, inilah penyangkalan yang terbesar dalam beragama.

Lihatlah ketika engkau tidak dapat menjawab satu saja dari pertanyaan itu, maka itulah tanda engkau Zon atau Waham (Ragu-ragu).

Lihatlah dirimu! Ketika engkau ragu-ragu maka engkau berada pada antara percaya dan tidak, bila setengah percaya dan setengah tidak maka disebut Syak, bila seperempat percaya dan tigaperempat tidak percaya maka disebut Waham, bila tigaperempat percaya dan seperempat tidak percaya disebut Zon.

Keadaan ini menunjukan engkau tidak lebih seperti heiwan yang tidak beraqal, sebab engkau memandang nyata (hakiki) pada segala sesuatu yang engkau saksikan (materi, perasaan dan khayalan).

Bacalah, QS: Al-Anaam-2, QS: Al-Hajj-62

Bila keadaan ini nyata ada pada dirimu, maka engkau tiada mengetahui sama sekali Tujuan Hakiki Bagi Dirimu, dan engkau terjerumus dalam kesesatan yang nyata namun engkau tiada menyadarinya.

QS: Al-Fatehah-6/7
Syahdan, minimal 17 (tujuh belas) kali sehari engkau wajib meminta kepada Allah ditunjukan jalan yang lurus, yaitu seperti jalan orang-orang yang telah Allah anugerahi nimat, inilah jalan orang-orang yang mengetahui tujuan hakiki bagi dirinya, seperti jalan para rasul dan anbiya yang Allah dan para malaikat-Nya bersalawat atas mereka, dan Allah menjaganya.

Dan engkau wajib meminta dijauhkan/dihindarkan dari seperti jalan orang-orang yang dimurkai Allah, yakni orang-orang yang tuli, bisu dan buta terhadap tujuan hakiki bagi dirinya, mereka bodoh dan tidak menyadari dirinya bodoh, bahkan walaupun mereka hafal Kitabullah dan Sunnah Rasul, tetapi tiada menembusi tenggorokan, merasa pandai dan merasa menjadi sesempurna-sempurnanya makhluq dimuka bumi, mereka tidak sudi menerima pengajaran yang Haq, inilah yang terjadi pada kaum nasara dan yahudi.
Lihatlah QS: Al-Baqarah-18.

Dan engkau wajib meminta dijauhkan/dihindarkan dari seperti jalan orang-orang yang anugerahi ilmu namun sesat, yakni orang-orang yang mengetahui sedikit hakikat dirinya dan hakikat Tuhannya namun pengetahuan itu dipergunakan nafsu-syahwatnya bagi menyelimuti pengingkaran diri mereka terhadap mengakui Tuhannya Yang Esa, sedang mereka tiada menyadari, inilah yang terjadi pada kaum yang menganut hindu, budha, aliran kepercayaan, ahli filsuf dan kejawen. Tanda pada mereka adalah penyangkalan terhadap syariat.

Tamsil: Mereka dianugerahi kendaraan (Jasad), tetapi tiada menggunakan kendaraannya itu untuk tujuan hakiki bagi dirinya.
Bacalah QS: Al-Baqarah-256, QS: An Nissa-44, QS: An Nissa-143.

Maka janganlah engkau mengikut kebanyakan orang dimuka bumi ini, sesungguhnya mereka menyesatkanmu padahal dirimu dan diri mereka tiada menyadari sekali-kali, sesat dan menyesatkan.

Ketahuilah, setelah sampai kepadamu, maka hanya jalan Muhammad-lah yang Redla Allah kepadanya. Bacalah QS: Al-An-aam-116.

Engkau dianugerahi kendaraan didunia ini lengkap dengan segala kebutuhanmu pada tujuan hakiki bagi dirimu, dengan kendaraan inilah engkau dapat menyaksikan segala pengajaran Tuhanmu melalui apa-apa yang dijadikan-Nya didunia ini.

Firman Alah:
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan barang diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang Hakiki (Haq/benar) dengan waktu yang telah ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan diantara mereka benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya (QS: Ar-Ruum-8).

Mereka benar-benar mendapatkan bukti-bukti kekuasaan Tuhanmu atas diri mereka, namun meraka kebanyakan mengingkarinya.

Wahai manusia, janganlah engkau mencampuri urusan Tuhanmu, apabila engkau yakin dengan jalanmu, maka tetaplah pada jalanmu, jangan mencampuri perjalanan yang bukan jalanmu.

Jika engkau mendatangi jalan yang bukan jalanmu, lalu engkau dengar tentang kecelaan jalanmu, janganlah engkau menuruti amarahmu, ketahuilah, jalan Yang Haq akan kekal dalam keadaan Haq, tidak akan pernah berubah menjadi batil/salah, bila engkau sangka jalanmu yang Haq akan berubah menjadi batil akibat perkataan seseorang pada jalan yang berbeda dengan jalanmu, maka sesungguhnya engkau ragu-ragu terhadap kebenaran jalanmu.

Sabarlah, sesungguhnya Tuhanmu akan menuntunmu pada jalan yang Haq, apabila engkau bersabar dalam urusan Tuhanmu.

Ketahui olehmu, tidak sekali-kali yang engkau prasangkakan itu, tidak ada sesuatu yang nyata melainkan Zat Yang Menjadikan Dirimu dan Yang Menjadikan apa-apa yang engkau saksikan meliputi dirimu dan langit dan bumi dan barang diantara keduanya, Dia Kuasa atas dirimu dan Dia-lah penentu Kebenaran Hakiki (Kenyataan).

Dan sesungguhnya khabar ini khusus semata-mata bagi yang hidup segala khawasnya yang lima (Penglihat, Pendengar, Pencium, Perasa Lidah dan Penjabat Luar dalam) yang semata-mata berkehendak pada jalan meng-Esa-kan Zat Yang Sempurna.

Sungguh khabar ini bukan untuk kaum yang telah membatu hatinya, mereka terkurung oleh kebodohan dan kesombongan mereka, mereka memandang nyata pada apa-apa yang mereka saksikan pada khawasnya yang lima, tiada sekali-kali yang demikian itu menjadi petunjuk untuk memandang Zat Yang Menjadikan Segala sesuatu, melainkan semata-mata untuk kepuasan duniawi mereka, yang haus akan kehormatan, kemenangan dan kekenyangan perut mereka. Mereka adalah heiwan berbentuk manusia, sulit untuk diperingati. disebut Pandai namun tiada dapat diikuti (sebab Batil), Bodoh tiada dapat diperingati (sebab merasa Pandai).

Apabila engkau berjumpa dengan kaum itu, maka jangan engkau pedulikan mereka, tetapi bila mereka terus-menerus mengganggu perjalananmu (memerangi kamu) maka tiga hal yang musti engkau ketahui sebelum engkau berjihad.
1. Jika engkau sultan, Peringati mereka dengan Pedang.
2. Jika engkau ulama, Taatlah kepada sultan, jika tidak ada perintah sultan, Peringati mereka dengan Lidahmu.
3. Jika engkau muslim awwam, Taatlah kepada sultan, jika tidak ada perintah sultan, tinggalkan mereka, berdoalah kepada Allah supaya engkau tidak dijadikan seperti mereka, sesungguhnya Allah menjadikan mereka semata-mata supaya engkau mengetahui dan membedakan Yang Haq dengan yang batil.
Lihat: QS: AliImran-85, QS: Al-Ankabuut-46, Al-Baqarah-190-191, QS: Al-Mumtahanah-9, QS: Al-Hajj-39, Al-Baqarah-216, QS: AliImran-111, QS: An-Nisaa-76, QS: At-Taubah-14 dan QS: Al-Maa-idah-54.

Bab - Pembukaan
Pembukaan ilmu pada jalan untuk mengetahui Tujuan Hakiki Bagi diri dialam duniawi ini adalah mengenal diri, sesungguhnya didalam dunia yang fana (sementara) ini diri dianugerahi Wastah (alat) atau Mujazi (sandaran) yang dimaksudkan semata-mata untuk meng-Esa-kan Zat Yang Menjadikan diri dan Yang menjadikan wastah meliputi khabar yang ada pada diri didalam semesta alam ini yang hakikatnya tidak lain daripada diri, yakni:
1. Jasad/Tubuh yang berupa Khawas yang lima (pendengar, penglihat, pencium, perasa lidah dan penjabat luar/dalam), inilah alat bagi diri untuk menyaksikan tanda-tanda ke-Esa-an Tuhannya didalam dunia, terkadang disebut kendaraan diri.
2. Khabar Muttawatir (Kitabullah dan Sunnah Rasul) yang disampaikan turun menurun melalui lidah Rasulullah, Sahabat, Tabiiin, Tabii-ittabiiin, Ulama Al-Muttakadimin, Ulama Al-Mutta-akhirin dan seterusnya hingga sampai pada kita dan Khabar Muttawatir yang merupakan hikmah bagi aqal pada segala kejadian yang ada pada diri dari awal hingga akhir kejadian diri.
3. Aqal, yakni diri yang latief (halus/ghaib) yang berkehendak pada mengetahui hakikat ada atau tiadanya sesuatu.

Khawas
Wastah (alat) yang pertama pada jalan untuk mengetahui tujuan hakiki bagi diri adalah khawas, khawas adalah beberapa sandaran bagi diri untuk menyaksikan tanda-tanda ke-Esa-an Zat Yang Menjadikan segala sesuatu yang ada pada diri meliputi diri dan apa-apa yang disaksikannya, artinya Allah memperlihatkan tanda-tanda Kekuasaan-Nya Yang Esa kepada hamba-Nya melalui penyaksian hamba-Nya yang ditamsilkan sebagai perbuatan hamba-Nya yang merupakan sandaran bagi Perbuatan-Nya.

Firman Allah:
Dan Allah Yang Menjadikan dirimu dan apa yang kamu perbuat. (QS: Ash-Shaaffaat-96).

Katakanlah: Dialah Yang menciptakan kamu dan Yang menjadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati, amat sedikit kamu bersyukur (QS: Al-Mulk-23).

Penyaksian diri inilah disebut dengan Khawas, adapun khawas itu dibagi pada 5 perkara:
1. Berkehendak pada menyaksikan khabar tentang bentuk, warna, gelap dan terang pada alam, maka diri disebut Penglihat, sandaran wastahnya adalah mata yang berlazim dengan cahaya (api).
2. Berkehendak pada menyaksikan khabar tentang suara-suara pada alam, maka diri disebut Pendengar, sandaran wastahnya adalah telinga yang berlazim dengan udara.
3. Berkehendak pada menyaksikan khabar tentang bau-bauan dan harum-haruman pada alam, maka diri disebut Pencium, sandaran wastah pada jasadnya adalah hidung yang berlazim dengan udara.
4. Berkehendak pada menyaksikan khabar tentang rasa pada makanan, minuman dan lainnya pada alam, maka disebutlah Perasa Lidah, sandaran wastah pada jasadnya adalah lidah yang berlazim dengan tanah, air dan udara.
5. Berkehendak pada menyaksikan khabar tentang rasa pada sekalian badan, maka diri disebut Penjabat, sandaran wastah pada jasadnya adalah hati dan sekalian badan yang berlazim dengan api, tanah, air dan udara.

Ada khabar yang tidak dapat ditangkap dengan wastah yang satu, tetapi dapat ditangkap dengan wastah yang lain, sehingga khabar itu sampailah pada diri lengkap sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini.

Ketahui olehmu, Setiap Khabar yang engkau saksikan melalui wastah pada anggotamu adalah AMANAH yang engkau tanggung dari Tuhanmu untuk selalu meng-Esa-kan Dia setiap saat, ketika engkau berada pada alam rahim, engkau telah berjanji kepada Tuhanmu untuk meng-Esa-kan Dia pada setiap wastah sandaran untuk engkau dalam menyaksikan setiap jenis masing-masing khabar, apabila ada salah satu saja yang engkau menolaknya atau tiada sanggup untuk menanggung amanah itu, maka engkau diuzurkan dari menanggung amanah itu dengan terlahir atau terjadi sesuatu sebelum engkau aqil baligh pada salah satu wastah didalam jasadmu sehingga engkau cacat.

Sesungguhnya yang demikian itu karena Allah Lebih Mengetahui dengan Segala Rencana-Nya bagimu.

Maka, yang menyaksikan segala sesuatu itu adalah semata-mata DIRI, bukan jasad atau badan, sebab jasad atau badan hanyalah wastah (alat) atau sandaran bagi diri untuk menyaksikan tanda-tanda ke-Esa-an Allah, dan tidak sekali-kali jasadmu ataupun wastah yang ada pada sekalian badanmu itu menanggung AMANAH di yaumil akhir, DIRI itulah satu-satunya yang menanggung AMANAH itu, sebab ketika itu sekalian khawas pada Jasadmu itu telah terpisah dari DIRI, mereka akan dikuburkan dan menjadi tanah kembali hingga binasa, dan DIRI kembali ke tempat asalnya dalam keadaan KEKAL (dikekalkan oleh Zat Yang Kekal) untuk mempertanggung jawabkan AMANAH yang ditanggungnya, inilah sehingga-hingga huraian KHAWAS, selebihnya adalah Rahasia Tuhanmu.

Firman Allah:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Nya, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, kamu sedikit sekali bersyukur (QS: As-Sadjah-9).

Baca Juga, QS: An-Nahl-78, QS:Al-Isra-36, QS: Al-Muminuun-78, QS: Fush shilat-22 dan banyak lagi.

Lihatlah dirimu! Apabila engkau tiada mengetahui sedikit tentang ini, maka ketika engkau mengaku ISLAM dan mengikrarkan Syahadat (kalimat Tauhid):Asyhadu!! (Aku ber Saksi!!) adalah merupakan kebohongan yang nyata-nyata MUNAFIQ disebabkan engkau tiada mengenal DIRI-mu dan tiada sudi menuntut ilmu tentang hal ini dari Rasulullah MUHAMMAD SAW, sehingga setiap detik engkau Khianat pada apa-apa yang di amanahkan kepadamu, engkau senantiasa DUSTA dan engkau tiada menepati janjimu.

Bacalah Surrah Al-Munaafiquun, itulah nyata-nyata keadaanmu yang sekarang.

Dan ingatlah janji Allah:
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan Allah) (QS: Al-Baqarah-18).

Sehingga apabila sampai mereka ke Neraka, Pendengaran, Penglihatan dan Kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang yang mereka kerjakan. (QS: Fush shilat-20).

Khabar Muttawatir
Hakikat khabar muttawatir adalah Kalam Allah Yang Suci, Tiada berhuruf dan tiada bersuara, menghujam kepada diri sehingga diri menjadi yakin dengan jazam (putus) tiada syak, waham ataupun zon, tergantung kemana arah tujuan diri membawa makna khabar itu.

Mustahil ada khabar yang cedera atau bercampur dengan kebatilan, sesungguhnya Allah menganugerahkan khabar dengan Sempurna dan Haq (benar) kepada diri melalui sandaran segala kejadian pada diri, namun sungguh kebanyakan diri tiada mengetahui, diri cenderung mengambil makna sekehendak nafsu dan syahwatnya.

[/i]Ini (Segala Khabar dari Allah) adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Esa, dan supaya orang-orang yang beraqal mengambil pelajaran.[/i] (QS: Ibrahim-52).

Sesungguhnya yang Haq itu adalah Allah Yang Kamalat (Sempurna), dan yang batil itu adalah semata-mata prasangka yang timbul dari manusia akibat dipengaruhi oleh kebutuhan jasad yang cenderung kepada kebutuhan duniawi (Nafsu dan Syahwat) yang merupakan rumah iblis didunia. Dan sesuatu yang batil itu pasti lenyap.

baca QS: Al-Israa-81, QS: Al-Anbiya-18, QS: Al-Hajj-62, QS: Al-Ankabuut-52, QS: Luqman-30, QS: Saba-49, QS: Muhammad-3, QS: Fush shilat-42, QS: Yunus-66, QS: Fush shilat-23

Maka khabar muttawatir yang dibahas pada rubu ini adalah khabar muttawatir yang sejalan dengan pengakuan dan penyaksian terhadap sandaran ajaran Rasulullah SAW dari seorang hamba kepada Tuhannya sesuai dengan tali ilmu mulai dari dirinya yang mendapatkan pengajaran dari seikhnya, seikhnya mendapat pengajaran dari seikhnya dan seterusnya hingga kepada tabii-ittabiiin yang mendapatkan pengajaran tabiiin, dan tabiiin mendapatkan pengajaran dari Sahabat, dan Sahabat mendapat pengajaran dari Rasulullah SAW, dan Rasul SAW mendapatkan pengajaran dari Jibril hingga kepada Allah.

Begitulah sandaran pengajaran yang sah secara syariat Islam yang berlaku hanya di dunia sahaja.
1. Khabar Muttawatir yang datang (sandaran) dari lidah Rasul (Kitabullah dan Sunnah Rasul).
2. Khabar Muttawatir yang datang (sandaran) dari lidah orang-orang banyak (yang sesuai dengan tali ilmu warisan Rasulullah SAW).

Pada hakikatnya Allah SWT jua yang mengajarkan langsung kepada diri yang hidup hatinya, namun hal ini haram sekali-kali dizahirkan pada lidah, melainkan cukup mentasdiq (menjazamkan keyakinan) didalam hati sahaja, barang siapa yang menzahirkan keadaan ini, lebih-lebih apabila mengaku mendapat ilham atau wahyu, maka halal darahnya ditumpahkan, ketahui olehmu, bahwa keimanan seseorang adalah hal yang ghaib, dan tiada seorangpun dimuka bumi ini yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah dan diantara Rasul pilihan-Nya.
Baca: QS: Ali-Imran-179

Maka Rahasiakanlah apabila terjadi sesuatu padamu yang diluar kebiasaan yang engkau takjub dan bertambah kuat keimananmu terhadap-Nya, sesungguhnya itu adalah kasih sayang Allah terhadapmu, ketahui olehmu, bahkan Rasulullah dilarang menzahirkan hal ini apabila menjadikan kecenderungan ummatnya mempertuhankan beliau SAW, terkecuali apabila hal ini menjadi pengajaran bagi beliau dan ummatnya, Baca: QS: Ali-Imran-44, QS: Al-Anaam-50, Al-ARaaf-188.

Inilah kesempurnaan Mujizat Al-Quraan yang diberikan bagi mukminin dan mukminat, yakni rahasia ilmu yang terhujam kepada mereka tentang diri mereka dan Tuhannya, yang tiada sanggup mereka membicarakannya, sungguh kelu lidah untuk mengucapkannya, dan yang demikian itu semata-mata mereka bermesraan dengan kelezatan iman yang jazam 100% terhadap Yang Menjadikan mereka, baca QS: Yunus-20.

Muslimin, inilah sehingga-hingga kesempurnaan syariat yang membedakan antara engkau dengan pengikut Ahli-Kitab yang tersesat dan kebanyakan orang dimuka bumi, sesungguhnya ahli-Kitab yang tersesat mencampurkan antara yang haq dengan yang bathil, padahal mereka mengetahui, namun mereka menyembunyikan yang haq, baca QS: Al-Baqarah-42, QS: Ali Imran- 71, dan kebanyakan manusia dimuka bumi pada hakikatnya menduga-duga dan berdusta, mereka sama sekali tidak mengetahui, baca QS: Al-Anaam-116, Ingatlah! apabila mereka mengajarkan keyakinan mereka yang sesat kepadamu, sesungguhnya akan menyesatkanmu.
Next>

Buka Kitab Futuhal Ghaib
Kumpulan dan Blog2 Islami


Blogs
Main